Pasukan Soviet dalam pertempuran di Khalkhin Gol
Jika kita melihat peta dunia yang dicetak sebelum tahun 1990, maka kita bisa melihat bahwa luas wilayah Jepang & Uni Soviet (sekarang Rusia) jika dibandingkan ibarat bumi & langit. Bila wilayah Jepang tidak sampai separuh luas wilayah Indonesia, maka Uni Soviet merupakan negara terbesar di dunia yang wilayahnya membentang mulai dari daratan Eropa hingga ujung Asia. Namun siapa yang menyangka bahwa walaupun luas wilayah keduanya berbeda jauh, Jepang pernah menantang Uni Soviet dalam serangkaian pertempuran menjelang pecahnya Perang Dunia II?
Konflik antara Jepang & Uni Soviet menjelang Perang Dunia II berlangsung pada tahun 1939. Selain kedua negara tersebut, negara Mongolia & Manchukuo juga ikut terlibat. Bila Mongolia yang dikuasai oleh rezim komunis memihak Uni Soviet, maka Manchukuo yang rezimnya didirkan oleh militer Jepang sudah pasti berada di pihak Jepang. Hasil dari pertempuran terakhir antara Jepang & Uni Soviet secara tidak langsung juga ikut mempengaruhi alur Perang Dunia II di mana walaupun Jepang & Uni Soviet berada di kubu yang berseberangan, keduanya tidak pernah terlibat konflik secara langsung hingga minggu-minggu terakhir Perang Dunia II.
LATAR BELAKANG
Menyusul timbulnya Restorasi Meiji di tahun 1868, Jepang berubah dari yang awalnya merupakan negara kolot & tertutup menjadi negara yang mengalami pertumbuhan industri & ekonomi yang pesat. Kemajuan Jepang tersebut lantas diikuti dengan pertambahan populasi penduduknya. Supaya penduduk Jepang bisa mendapatkan lahan tinggal baru yang lebih lapang, Jepang pun berencana menjadikan daerah Asia Timur sebagai wilayah barunya. Namun, keinginan Jepang tersebut berbenturan dengan keinginan Kekaisaran Rusia yang ingin mencaplok sebagian wilayah di Asia Timur agar bisa memiliki pelabuhan laut yang airnya tidak pernah membeku sepanjang tahun.
Peta dari Manchukuo
Perbedaan kepentingan antara Jepang & Rusia akhirnya memuncak menjadi perang terbuka pada tahun 1904 - 1905. Perang tersebut berhasil dimenangkan oleh Jepang sehingga Jepang pun bisa menancapkan pengaruhnya lebih jauh di daratan Asia Timur. Tahun 1910 contohnya, daerah Semenanjung Korea jatuh ke tangan Jepang. Tahun 1931, giliran Manchuria yang berhasil dikuasai oleh Jepang. Setahun pasca keberhasilan Jepang menaklukkan Manchuria, sebuah negara boneka bernama Manchukuo lalu didirikan oleh Jepang di atas tanah Manchuria.
Uni Soviet selaku rezim penerus Kekaisaran Rusia di lain pihak masih enggan melepaskan perhatiannya pada kawasan Asia Timur. Tahun 1921, kelompok komunis Mongolia yang dibantu oleh Uni Soviet berhasil mengusir pasukan Cina yang sudah menduduki Mongolia sejak tahun 1919. Tahun 1924, sistem pemerintah Mongolia lalu berubah dari yang awalnya kerajaan konstitusional menjadi republik komunis yang dekat dengan Uni Soviet. Munculnya 2 negara boneka baru di Asia Timur pun memunculkan babak baru dalam persaingan antara Uni Soviet & Jepang selaku 2 kekuatan besar di kawasan setempat.
BERJALANNYA KONFLIK
Dari Sengketa Menjadi Pertempuran
Insiden perbatasan antara Jepang & Uni Soviet beserta negara-negara bawahannya sudah terjadi sejak tahun 1933, namun konflik yang memakan korban jiwa baru pecah pada bulan Januari 1935 di Halhamiao / Khalkhin-sume. Awalnya, pasukan perbatasan Mongol menembaki 11 orang Manchukuo & 1 letnan Jepang di daerah sengketa dekat Halhamiao. Jepang lantas meresponnya dengan mengirim pasukan ke Halhamiao, namun konflik tidak berlangsung lebih jauh menyusul mundurnya pasukan Mongol dari daerah sengketa. Pasukan Jepang di Halhamiao lalu ditarik mundur dari Halhamiao 3 minggu kemudian.
Kapal meriam milik Angkatan Laut (AL) Manchukuo
Bulan Juni 1937, muncul lagi konflik di perbatasan yang berawal ketika pasukan darat & laut Soviet memasuki Sungai Amur & menduduki Pulau Kanchazaku yang terletak di tengah-tengah sungai. Baku tembak antara pasukan Soviet & Manchukuo pun tak terhindarkan di mana selama konflik di Sungai Amur berlangsung, pasukan Manchukuo berhasil menenggelamkan 1 kapal motor Soviet & memaksa mereka mundur. Masalah sengketa Sungai Amur akhirnya bisa diselesaikan dalam Konferensi Shigemitsu-Litovinov yang dilangsungkan pada tanggal 2 Juli 1937.
Setahun kemudian atau tepatnya pada bulan Juli 1938, pasukan Jepang & Soviet akhirnya terlibat konflik langsung di Danau Khasan, selatan Vladivostok. Awalnya pasukan Soviet bergerak ke sebelah barat Danau Khasan & mendirikan pangkalan militer di sana. Jepang yang merasa bahwa keberadaan pasukan Soviet tersebut mengancam kedudukan daerah koloni Jepang di Semenanjung Korea lalu mengirim pasukannya ke Danau Khasan untuk mengenyahkan pasukan Soviet, namun serangan tersebut berhasil dipatahkan oleh pasukan Soviet.
Walaupun kalah, pihak Jepang tidak jera & 2 hari kemudian mereka kembali menyerbu pasukan Soviet yang berada di sebelah barat Danau Khasan. Kali ini serangan pasukan Jepang berbuah kesuksesan & pasukan Soviet terpaksa mundur dari Danau Khasan. Keberhasilan Jepang tersebut lantas direspon Soviet dengan menerjunkan pasukan tambahan dari divisi-divisi lain sehingga konflik di perbatasan pun semakin panas. Memasuki minggu kedua di bulan Agustus, Jepang kehilangan lebih banyak tentara ketimbang pihak Soviet sehingga Jepang pun memilih untuk tidak melanjutkan pertempuran lebih jauh & konflik di Danau Khasan pun berakhir.
Pertempuran Khalkhin Gol yang Mengakhiri Semuanya
Awak tank Jepang
Memasuki tahun 1939, konflik antara Jepang & Uni Soviet akhirnya mencapai puncaknya di sekitar Sungai Khalkhin Gol, perbatasan Mongolia-Manchuria. Semuanya dimulai ketika pada bulan Mei 1939, pasukan Mongolia & Manchukuo saling mengusir pasukan negara tetangganya yang memasuki daerah sengketa. Ketika keadaan jadi semakin berlarut-larut, pasukan Jepang & Soviet lantas terjun langsung ke daerah sengketa sehingga konflik terbuka pun tak terelakkan. Hasilnya, pasukan gabungan Soviet-Mongolia berhasil keluar sebagai pemenang & kondisi Khalkhin Gol kembali tenang - untuk beberapa lama.
Bulan Juni 1939, konflik bersenjata di Khalkhin Gol kembali pecah setelah pasukan udara Jepang melakukan serangan mendadak ke pangkalan udara Soviet di Tamsak-Bulak, Mongolia. Masih di bulan yang sama, kontak senjata kecil-kecilan juga terjadi di kedua sisi Sungai Nomakhan. Menjelang pergantian bulan, Jepang melakukan serangan besar-besaran dengan melintasi Sungai Khalkhin Gol, namun serangan tersebut berhasil dipatahkan oleh Soviet yang mengerahkan ratusan tank & kendaraan lapis baja. Jepang kembali melancarkan gelombang serangan baru di akhir Juli, namun serangan tersebut lagi-lagi berhasil dibendung oleh pasukan Soviet.
Bulan Agustus 1939 atau sebulan menjelang pecahnya Perang Dunia II di Eropa, giliran Uni Soviet & Mongolia yang memulai inisiatif penyerangan terhadap kedudukan pasukan Jepang di Khalkhin Gol. Awalnya pasukan gabungan Soviet-Mongolia yang dibantu oleh artileri & pesawat pembom melakukan serangan besar-besaran secara frontal. Ketika kekuatan pasukan Jepang mulai mengendur, pasukan lain Soviet yang didominasi oleh kendaraan lapis baja lalu menyusup lewat sisi kiri & kanan zona pertempuran sehingga pasukan Jepang pun kini terkurung di tengah-tengah. Memasuki akhir bulan, pasukan Jepang di Khalkhin Gol yang masih tersisa habis disapu bersih oleh pasukan Soviet.
KONDISI PASCA KONFLIK
Suasana dalam pemboman Pearl Harbour
Kekalahan dalam pertempuran di Khalkhin Gol membuat Jepang merasa jera untuk kembali berkonflik dengan Soviet. Awalnya Jepang memiliki rencana untuk mencaplok Siberia & memanfaatkan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Namun pasca rentetan pertempuran dengan Uni Soviet hingga tahun 1939, Jepang mengubah rencananya & memilih untuk menguasai daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sebagai langkah awal agar penyerbuannya ke Asia Tenggara tidak terganggu, Jepang melakukan serangan mendadak ke pangkalan militer Pearl Harbour milik Amerika Serikat (AS) yang terletak di Samudera Pasifik tengah.
Di pihak Uni Soviet, kemenangan di Khalkhin Gol melambungkan pamor Jenderal Georgy Zhukov selaku pemimpin pasukan Soviet di Khalkhin Gol sehingga ia pun dianugerahi gelar pahlawan nasional. Dan karena Jepang merasa jera untuk kembali berkonflik dengan Soviet pasca pertempuran di Khalkhin Gol, Uni Soviet bisa mengkonsentrasikan seluruh pasukannya untuk menghadapi pasukan Jerman di sebelah barat dalam Perang Dunia II tanpa perlu khawatir akan ancaman Jepang di sebelah timur. Baru pada tahun 1945, Soviet kembali berkonflik dengan Jepang setelah pada tahun tersebut, Soviet melakukan serangan mendadak ke Manchukuo & Semenanjung Korea.
Tidak diketahui angka pasti dari jumlah total korban tewas selama konflik antara Jepang & Uni Soviet beserta negara-negara bonekanya berlangsung. Khusus untuk pertempuran di Khalkhin Gol yang merupakan pertempuran terbesar dalam rangkaian konflik Jepang-Soviet, jumlah korban tewas di pihak Soviet adalah 7.974 jiwa, sementara di pihak Jepang jumlah korban tewasnya mencapai 8.440 jiwa. Lebih banyaknya korban tewas di pihak Jepang tidak lepas dari taktik Jepang yang lebih sering menggerakkan infantrinya sedikit demi sedikit ketimbang langsung dalam jumlah besar secara serempak. Taktik itu sendiri dilakukan untuk mengkompensasi kelemahan militer Jepang dalam hal kekuatan daya tembak persenjataan & jumlah personil total.
Sumber
Daniel J. Meissner - Russo-Japanese War
History Learning Site - Manchuria 1931
Pacific Wrecks - Halhamiao (Khalkhin-sume)
Wikipedia - Battles of Khalkhin Gol
Wikipedia - Battle of Lake Khasan
- . 2008. "Mongolia". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
Jowett, P.. 2005. "Rays of the Rising Sun, Volume 1 : Japan's Asian Allies 1931-45, China and Manchukuo". Helion & Company, Inggris.
republik-tawon.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.